RAIH BERKAH BERSAMA

RAIH BERKAH BERSAMA

ADRO Masih Jadi Primadona

INILAH.COM, Jakarta – Keberhasilan Adaro menjadi mitra BHP Billiton untuk tambang batubara Maruwai di Kalimantan, membawa sentimen positif. Emiten ini bahkan menjadi primadona di perdagangan terakhir pekan ini. Pada perdagangan Kamis (1/4) sesi I, saham PT Adaro Energy (ADRO) terpantau naik Rp65 ke level Rp2.025. Padahal, akhir pekan lalu, emiten batubara ini masih bertengger di Rp1.870. Ini berarti dalam perdagangan kurang dari 4 hari, ADRO sudah naik sekitar 8,3%.
Salah satu pemicu penguatan ini berasal dari aksi korporasi perseroan. Seperti diketahui, BHP Billiton akhirnya menggandeng PT Alam Tri Abadi, anak usaha ADRO, untuk menggarap konsesi tambang batubara Maruwai, Kalimantan Tengah dan Timur dengan luas lahan sekitar 355 ribu hektar.
ADRO akan memiliki 25% saham di 7 proyek tambang batubara milik PT BHP Billiton, yakni PT Maruwai Coal, PT Juloi Coal, PT Kalteng Coal, PT Sumber Barito Coal, PT Lahai Coal, PT Ratah Coal dan PT Pari Coal. Sedangkan sisanya tetap dipegang BHP.
Pihak BHP Billiton dan ADRO tidak menyebutkan berapa nilai dari transaksi tersebut. Namun, total coal resources di Maruwai diperkirakan mencapai 774 juta ton. Penyelesaian transaksi ini masih menunggu persetujuan dari pemerintah.

Purwoko Sartono dari Panin Sekuritas memberi rekomendasi positif. Selain kinerja yang bagus, perseroan juga berhasil memenangkan ‘perebutan’ tambang Maruwai milik BHP dengan membentuk JV (kerjasama). Harga saham tambang Xstrata di luar negeri yang mencatat rekor, juga menjadi sentimen positif bagi ADRO. “Rekomendasi beli untuk emiten ini,” ujarnya
Peluang penguatan juga terlihat secara teknikal. ADRO diperkirakan akan bergerak menembus level 2.000 dalam jangka pendek, setelah kemarin breakout resistance 1.930.
Volume perdagangan kemarin terlihat jauh di rata-rata 20 hari (MA20), dengan support berada di 1.900. “Indikator RSI menunjukkan masih ada ruang bagi saham ini untuk naik. Rekomendasi trading buy,” katanya.
Tim riset NISP Sekuritas juga merekomendasikan saham ADRO, dengan menargetkan harga emiten ini dapat mencapai Rp2.800. “Kerjasama dengan BHP akan memperbaiki kinerja ADRO ke depan,” ucapnya.
Head of Research PT BNI Securities Norico Gaman mengaku optimistis dengan ADRO, bahkan memprediksikan harga efek ini hingga akhir tahun mencapai Rp3.200 per saham. “Apresiasi harga emiten ini didukung fundamental perusahaan yang bagus,” tandasnya.
Saat ini, valuasi ADRO masih sangat menarik, dengan price earning ratio (PER) 2010 sebesar 9,0 kali dan price earning growth (PEG) sebesar 0,4 kali. PER ini masih rendah ketimbang PER sektor pertambangan yang mencapai 15,2 kali dan nilai PEG normal sebesar 1,0 kali. “Saya rekomendasikan beli untuk ADRO,” katanya.
Sepanjang 2009, ADRO mencatatkan laba bersih Rp 4,4 triliun, atau melonjak sekitar lima kali lipat ketimbang 2008 yang mencapai Rp 887 miliar. Sementara itu, laba bersih per saham dasar juga naik signifikan menjadi Rp 136,5. Peningkatan laba itu dipicu realisasi harga jual batu bara yang lebih tinggi serta peningkatan volume produksi batu bara.
Adapun pendapatan usaha ADRO juga meningkat 49% menjadi Rp26,9 triliun, dengan beban pokok pendapatan meningkat dengan persentase lebih rendah sebesar 21%, sehingga ada peningkatan marjin kotor dari 27% menjadi 41%.


Pada 2009, ADRO telah membukukan kenaikan volume penjualan batu bara sebanyak 41,4 juta ton, naik 8%. Sementara volume produksi naik 6% menjadi 40,6 juta ton. Pertumbuhan yang relatif rendah tersebut diakibatkan melemahnya permintaan batubara dunia selama 2009.
Namun, ADRO diyakini mampu meningkatkan kinerjanya di tengah kondisi ekonomi global yang kurang menguntungkan. ADRO berencana membangun outland conveyor untuk distribusi batubara dari areal tambang ke pelabuhan, yang akan menghemat biaya operasional hingga sampai 30%.
Tahun ini, ADRO juga akan meningkatkan volume penjualan batubara menjadi 45 juta ton. Perseroan pun akan memfokuskan pasar ekspor batubaranya ke kawasan Asia. Ekspor batu bara ADRO mengkontribusi 75% terhadap total pendapatan perusahaan, sedangkan sisanya berasal dari penjualan domestik. [mdr]