ES PISANG hijau kini populer di ibukota. Semakin banyak warga Jakarta yang menggemari sajian es yang berasal dari Makass
Padahal, kedai es itu baru berdiri setahun silam. Bahkan, pemilik kedai, Doddy Djunaedi, semula tak mengira, Kedai Es Pisang Ijo Pemuda ini bakal memikat pengunjung cukup melimpah.
Maklum saja, sebelum membuka kedai es pisang ijo di Tanjung Duren, keluarga Doddy pernah membuka kedai serupa di Jelambar. "Kami hanya bertahan selama enam bulan di Jelambar," tutur Doddy.
Resep es pisang hijau Pemuda merupakan warisan keluarga. Ang Diana Juhtaria, ibunda Doddy yang meracik resep es pisang hijau Pemuda. "Saya membuat resep setelah mencoba es pisang ijo di Makasar," kata Diana.
Sebelum membuka kedai di Jakarta, Diana telah lebih dulu membuka kedai es pisang hijau di Ambon. Alhasil, Diana kini bolak-balik Ambon-Jakarta untuk memantau kualitas es pisang ijo di dua gerainya itu.
Menjaga kualitas pisang
Penampilan es pisang ijo Pemuda sangatlah sederhana. Sebuah pisang berbalut kulit hijau bersanding dengan fla yang berbahan bubur sumsum. Serutan es, siraman sirup merah dan santan serta susu kental manis melengkapi sajian buatan Diana ini.
Tapi, segarnya es pisang hijau ini benar-benar menyergap mulut. Rasa manis dari sirup merah dan rasa gurih santan berpadu sempurna di mulut. Sambil menyeruput air es, Anda pun bisa menikmati potongan pisang ijo yang manis. Berbeda dengan pisang hijau di Makasar, pisang hijau bikinan Diana terasa lebih lunak.
Untuk menjaga kualitas, Diana memang meracik sendiri semua bahan es pisang ijo, termasuk sirupnya. "Sirup kami terbuat dari gula 100% dan tidak menggunakan bahan pemanis," kata Diana berpromosi.
Ketika harga gula melejit beberapa waktu lalu, Doddy terpaksa mengerek harga seporsi es pisang ijo dari Rp 10.000 menjadi Rp 12.000 per mangkuk. Selain es pisang ijo, kedai Doddy juga menyediakan beragam es lainnya, seperti es kacang merah, es kacang fla, es pisang kacang,
es buah, dan aneka jus. Banderol harganya berkisar antara Rp 12.000 hingga Rp 13.000 per mangkuk.
Hanya saja, Doddy sengaja tak menawarkan makanan berat. Sebagai teman minum es, kedai Doddy hanya menyediakan kudapan ringan seperti siomay ayam, siomay sapi, lumpia, burger, hotdog, kentang goreng, kepang keju, dan spaghetti.
Seperti es pisang hijau, Doddy juga memasak sendiri semua sajian makanan ringan ini, dengan bantuan 14 orang karyawannya. Maklum saja, sebelum menggeluti usaha kedai es, keluarga Doddy juga memiliki sebuah toko roti di Ambon.
Setiap hari, kedai es Pemuda menyiapkan 400-500 buah pisang. Supaya pengunjung tak kecewa, Doddy hanya menggunakan pisang raja yang tua. Oleh karena itu, untuk membuktikan pisang raja itu benar-benar tua, Doddy pun harus mencicipi sendiri pisang dari setiap tandan. Saat mencoba pisang ini, Doddy menghindari pisang yang berasa sepet.
Kedai Es Pisang Ijo Pemuda mengandalkan pasokan pisang dari Sukabumi, Jawa Barat. Namun, Doddy kadang juga membeli pisang dari pemasok baru. "Asal pisangnya benar-benar tua," ujar Doddy.
Setiap eminggu, Doddy bisa dua kali berbelanja pisang. Doddy menyesuaikan jumlah pisang yang ia beli dengan kebutuhan. Soalnya, buah pisang bukanlah buah yang tahan lama.
KELUARGA Doddy Djunaedi mencoba beragam usaha sebelum membuka kedai es pisang hijau. Orang tua Doddy membuka toko kelontong bernama Pemuda di Jalan Kartika, Ambon. "Nama Pemuda dipilih karena toko buka pada tanggal 28 Oktober 1983, bertepatan dengan peringatan hari Sumpah Pemuda," kata Doddy.Sumber: kontan.com
Tahun 1992, Ang Diana Juhtaria, ibu Doddy, membuka kedai ayam goreng bersama seorang teman. Setahun kemudian, Diana beralih membuka toko roti. Dan, sejak 1998, Diana membuka kedai es pisang ijo setelah mempelajari cara pembuatannya.
Kerusuhan yang melanda Ambon setahun kemudian memaksa keluarga Doddy pindah ke Jakarta. "Saat itu, kami harus menutup semua usaha termasuk es pisang ijo yang baru dirintis," kata Diana.
Di Jakarta, mereka kembali membuka toko roti dan kedai es pisang ijo di daerah Jelambar, Jakarta Barat. Tak tahan dengan banyaknya pungutan, keluarga Doddy memilih menutup usahanya di Jelambar dan kembali ke Ambon.
Namun, bukan berarti keluarga Doddy meninggalkan peluang usaha di Jakarta sepenuhnya. Doddy dan saudarinya, Cesilya Djunaedi, yang masih berstatus mahasiswa, juga ingin merintis usaha sendiri.
Kedua bersaudara itu lantas membuka kedai es pisang ijo di daerah Tanjung Duren. Mereka berharap kedai di Jakarta bisa seramai kedai di Ambon. Sesuai dengan harapan Doddy, Kedai Es Pisang Ijo Pemuda di Jakarta kini benar-benar ramai.