Dr. Yossi Beilin, mantan Menteri Israel
Infopalestina.com Bukan hanya salah dalam tingginya ekspektasi, namun Obama melakukan sedikitnya 10 kesalahan. Dalam wawancaranya dengan majalah Times, pemimpin Amerika ini terungkap kegagalannya dalam menajemennya dalam menjalankan politik antara Israel dan Palestina.
Obama menuding kedua pihak (Israel dan Palestina) bersalah tanpa menjelaskan seberapa jauh hambatan yang diciptakan oleh masing-masing pihak. Soal dirinya, Obama merasa dirinya hanya salah karena terlalu tinggi ekspektasinya.
Obama salah dalam prilakunya karena pemerintahan penuh dengan niat baik tapi tidak memiliki kemampuan untuk mewujudkannya.
Selain 10 itu, Obama juga melakukan kesalahan karena tidak berani membayar harga perdamaian atau menghukum Palestina yang melempari mahkota Obama dari atas pohon.
Inilah 10 kesalahan Obama itu:
- Ia tidak pernah membaca literature yang beredar pasca kegagalan Cam David, tidak tahu jalan bagaimana mengawali perundingan.
- Ia menunjuk George Mitchael untuk menjalankan tugas yang lebih besar dari kemampuannya. Seharusnya ia mengetahui terlebih dulu.
- Setelah ia menjelaskan bahwa perdamaian di Timteng adalah kepentingan Amerika, ia mundur dan menegaskan bahwa “yang lebih ingin terwujudnya perdamaian adalah Israel dan Palestina”.
- Soal syarat yang ia ingin agar membekukan permukiman sebelum menggelar kembali perundingan Israel – Palestina, seharusnya Obama menyadari bahwa setiap syarat seperti ini akan menunda perundingan dalam jangka panjang karena kompensasinya mahal.
- Ia menyia-nyiakan beberapa bulan tanpa menjelaskan pengertian pembekuan permukiman. Jika ia gunakan untuk menyerukan kedua pihak agar kembali kepada perundingan dengan beberapa syarat yang sudah disepakati sebelumnya maka akan terwujud perundingan dari awal.
- Obama tidak konsisten dan tegar dalam mengusulkan syarat di atas. Ia tidak paham bahwa jika Obama mengalah dari esensi pembekuan permukiman Israel maka Palestina tidak akan turun untuk berdamai.
- Ia tidak segera menolak statemen Menlu Amerika Hillary Clinton bahwa pembekuan adalah tindakan yang sudah ada sebelumnya dalam pemerintahan Israel yang tidak boleh terulang. Sikap Obama ini membuat perasaan Palestina bahwa Amerika berusaha menjual barang dagangan rongsokan dengan kemasan menarik.
- Ia ngotot agar kedua pihak Israel dan Palestina menggelar konferensi di September lalu. Semuanya datang, namun tak ada kata-kata yang keluar dari seorang pun kepada pihak lain di sana. Di sinilah perasaan pesimis atas perundingan itu semakin kuat.
- Obama meminta kepada Abu Mazen menuntut PBB tidak membahas laporan Goldstone. Obama tidak paham bahwa permintaan itu akan membuat pemimpin Palestina ini disebut sebagai orang yang tidak bisa memimpin rakyatnya.
- Obama terlalu tinggi berharap – dalam wawancara dengan Times – yang tidak berangkat dari tujuan pasti atau bagian dari politik umum. Ia seakan seorang yang berbicara lepas tanpa menyadari bahwa wartawan bisa menilai kesalahannya dalam karena tidak bisa memperkirakan hambatan yang ada dari masing-masing pihak.
Obama lupa bahwa ia presiden Amerika. Apa yang ia lakukan, meski hanya membunuh lalat, akan ditatap oleh milyaran mata. Setiap kata-katanya memiliki bobot dan pengaruh. Inilah setahun hilang tanpa ada kecurigaan bahwa pembicaraannya telah membuang peluang yang diberikan kepada kami sebagai negara Israel. (Israel to Day, 26 Januari 2010) (bn-bsyr)